Saturday, April 6, 2013

GUEST HOUSE


dokter melepas jas kerjanya yang penuh percikan darah dan serpihan daging. mencuci tangan di wastafel, mukanya lurus tak berekspresi sama sekali. sama keruhnya dengan tiga orang lainnya. orang terakhir yang mengudap makan malam.
baru saja keempat pria tersebut merapikan jenasah seorang karyawan logging. karyawan tersebut menjadi korban kecelakaan di kilometer 33 long bedat. sebuah kontainer terbuka berisi beberapa gelondongan kayu, penumpunya terlepas sehingga gelondongan-gelondongan kayu tersebut meluncur bebas dari kontainer terbuka. dan kayu-kayu dengan bobot mati hampir satu ton per batangnya tersebut menghantam seluruh bagian pria malang tersebut. membuat badannya remuk tak berkeping. menyisakan bagian kepala yang ajaibnya masih hidup hingga ke guest house. meminta doa pada ustadz dan menitipkan keluarganya pada wakil-wakil perusahaan yang ada.
"Dokter, suntik mati saya! Saya tahu dok, saya tak akan pernah sembuh. suntik saya Dok!"

berdiskusi sebentar dengan rombongan pembawa korban, teman korban dan ustadz. dokter memutuskan memenuhi permintaan pasien, atas nama kemanusian. setelah mengeksekusi korban, dokter membuat surat kematian, ustadz mendoakan dan mengkafani korban. semua dilakukan dalam diam dan lluar biasa hening. semua yang berada di guest house terpaku kelu tercekat sedih mendalam atas kematian pria malang itu.

guest house adalah rumah bagi tamu-tamu perusahaan yang datang ke pedalaman. tetapi kepala medis perusahaan menjadikan bangunan tersebut sebagai rumah sakit darurat bagi karyawan-karyawan yang sakit. ironisnya pasien yang dibawa ke sana semua dalam kondisi mengenaskan. semua korban kecelakaan kerja.

bertahun-tahun menjadi rumah sakit darurat, dengan hampir sembilan puluh persen pasien meninggal di sana. menjadikan guest house tersebut lebih mengerikan daripada kuburan massal.

secara kasat mata, tak terllihat keanehan disana. tetapi empat orang itu, dokter, ustadz, seorang perawat dan seorang security perusahaan tahu persis apa yang ada dalam bangunan luas mirip hanggar helikopter tersebut.

suara erangan kesakitan, makian, hujatan dan permintaan tolong tak henti2. gelas yang melayang-layang kemudian pecah menabrak dinding, atau suara air mengalir dari kran. padahal tidak ada air yang mengalir.
suara velbed yang terguncang-guncang seperti ditarik-tarik pasien yang terikat di atasnya.
semuanya mengerikan, membuat keempat pria dewasa itu tak bisa lagi tersenyum, tak tahu lagi caranya bicara santai.

terutama dokter, pria sepuh itu tak seperti manusia lagi. sangat dingin, seolah perasannya telah mati. dan mungkin memang sudh mati. jika dia masih memakai sisi manusianya, dia akan terpental jauh dari guest house berdarah itu. siapa yang sanggup dan kuat setiap hari melihat, mengobati, dan mengamputasi manusia-manusia hidup.

"Selamat malam semua. Berharaplah ini hari terakhir kita ada disini"kata dokter
ucapan itu selalu dikatakannya seusai jam makan malam yang tak pernah tentu waktunya. pokoknya malam saja.

Harapan yang tak pernah terwujud! Selalu saja ada yang 'berakhir' di guest house tersebut.

Bedat,   2001







Wednesday, March 13, 2013

Mutilator Cawang Cikampek

KHIANAT ITU LAKNAT


Jika cinta tak lagi memihakmu
Kembalikan dia pada tempatnya
Dimana dulu cinta kau petik bersama

Jangan kau pagas nyawanya!
Jangan kau penggal jiwanya!
Jangan kau mutilasi ragawinya!

Sebab bukan kau, yang beri kehidupan padanya!
Bukan kau yang berhak beri kematian!

Itu kuasa absolut Tuhan

Tak ada satupun mahluk di dunia ini yang berhakan memberi kematian pada sesamanya kecuali..
Dia mampu memberinya kehidupan..


Apa yang kau makan
Itu juga yang keluar dari perbuatanmu
sama...penuh kekotoran

BABI
TUAK
SESAT
BIADAB


090313,jakartakota

Wednesday, February 27, 2013

WANITA, KARIER DAN KELUARGA


      Preseden buruk bagi kaum hawa, seiring semakin banyaknya wanita anggota DPR yang bercerai dengan pasangannya setelah sukses melenggang di Senayan. Sebut saja Tere, Rachel Maryam, Wanda Hamidah dan teranyar adalah Vena Melinda. Jadi pertanyaan dilematis. Wanita sesungguhnya tak layak untuk memimpin suatu institusi. harus ada yang dikalahkah jika wanita tersebut ngotot mempertahankan kariernya. Apalagi di dunia politik. Dunia yang siapa kuat dialah yang menang. Segala cara dilakukan demi menjaga elektabilitas diri sendiri. Termasuk mengorbankan anak-anak, suami dan kehidupan pribadinya.
       Seberapa beratkah tugas anggota dewan hingga harus merelakan rumahtangganya kandas dimeja pengadilan? Jika tak bisa menjaga rumah tangganya berjalan normal bagaimana bisa menata negara? Memikirkan rakyat. Itu pertanyaan lain dari ekses ketidakpercayaan terhadap kemampuan perempuan dalam menjalankan tugas negara.
      Jika tak bisa menjaga komitmen dengan pasangannya bagimana menjaga komitmen dengan politiknya? Entahlah...
        Mungkin karena itu ada sebagian alim ulama yang mengharamkan pemimpin dari kaum hawa. Bukan karena perempuan tidak memiliki kemampuan memimpin dan mengatur. tetapi lebih karena dampak lain jika perempuan sibuk diluar tugas dan kewajibannya sebagai seorang istri dan ibu. Toh kewajiban seorang istri dan ibu memang mengurus anak-anak dan suaminya. 
Mencari nafkah membantu suami boleh dilakukan. Namun jangan lupakan, jangan abaikan tugas utama seorang perempuan.
       Terlalu sempit memang jika kemampuan seorang perempuan hanya dilihat dari satu sisi saja. Tapi itu lumrah dikatakan kaum Adam. Karena mereka penilai ulung untuk urusan wanita.
Penilaian subyektif, sebab diluar anggota dewan yang bercerai tersebut masih banyak wanita-wanita hebat yang bisa berhasil dan sukses dalam karier dan keluarga. 
        Maka, hei kaum wanita. Tetaplah menjadi kristal untuk keluarga, jangan jadi berlian yang menyilaukan mata dan hati. Kristal itu mudah retak dan bisa patah, karenanya diperlukan pelindung dan penjaga (suami). Jangan jadi berlian yang selalu menyilaukan dan membuat orang lain kagum. Tak bisa digores tak bisa patah. 
         Berlian memang selalu indah, eksklusif, elegan, mahal, tak ternilai. Tapi tak semua orang bisa menikmati keindahannya. Karena terlalu mahal, ladies. Dan selalu jadi incaran penjahat. tak tenang bukan menjadi sebongkah berlian, Kita ini manusia serapuh kristal. Mari saling menjaga diri sebab, appa yang kita lakukan akan berimabs juga pada perempuan lain.
         Selamat malam Ladies
         

Saturday, January 12, 2013

TUNDUK DAN BERSYUKURLAH

TUNDUK DAN BERSYUKURLAH


             Ditengah guyuran hujan, jalan sepi seorang tukang sayur tua lewat. menawarkan ikatan-ikatan kangkkung dan daun pepaya. Ketika berhenti diujung gang pri separuh baya itu dikerumuni ibu-ibu yang hendak membeli daganganya. termasuk saya.
Ikut menawar dagangan laki-laki itu, saya memilih paling akhir membeli. Kesepakatan penawaran bareng itu, kangkung yang semula dijual seribu per ikat menjadi Rp.!500/2 ikat.
Tak tega melihat keadaan penjual yang menggigil kedinginan dan tak memakai pelindung hujan apapun. saya ambil dua ikat kangkung saya angsurkan uang dua ribu perak. Dan lari pulang, karena gerimis makin membesar.
"Neng, kembaliannya!"
"Ambil saja Pak!"
"Si eneng gimana sich, ikut-ikutan nawar. dibayarnya sama saja. Tetapi, muhun Neng."
              Itu bukan pertama kalinya aku berbelanja seperti itu. Heboh menawar barang yang mau dibeli, tapi diujung-ujungnya aku tetap membeli dengan haraga yang ditawarkan pedagang. 'Bad habit' kata suami. karena kebiasaanku itu sering menjadi pertengkaran kami. Bukan maslah uang yang diributkan tetapi, kenapa aku harus heboh menawar kalau pada akhirnya aku bayar juga dengan harga awal.
"Itulah seninya berbelanja,"dalihku setiap diprotes suami.
              Sesungguhnya aku  merasa tak tega melihat para pedagang-pedagang keliling itu. tak ada yang bisa kuperbuat kecuali membeli sedikit dagangannya. Sejauh masih termanfaatkan. Sifat itu sudah ada sejak aku kecil. Saat liburan ke Borobudur dengan keluarga, aku memborong hiasan dinding dari bambu. Bambu yang dibelah jadi dua, kemudian sisi luarnya dikelupas sesuai sketsa yang ada.
             Komentar bapak saat melihatku kerepotan membawa hiasan-hiasan itu adalah
"Anak ini apa bisa kaya besok ya? Kalau kelakuannya seperti itu?"
"Kog ngomong sepeti itu?"ibu balik bertanya.
"Lihat saj! Tabungannya habis buat beli hiasan seperti itu! Dia sendiri bisa membuatnya kan?"
Saat itu aku hanya terdiam, tak membayangkan akan seperti apa kehidupanku kelak. masa bodoh dengan tindanku tersebut.
             Kuulangi kisah yang sama saat di Tawangmangu. Aku dikejar-kejar penjual tanaman suplir. Aku tak suka suplir sama sekali. Indah sich, tapi perawatannya itu. Rumit. Tetapi entah kenapa aku membeli juga beberapa polibag kecil tanaman suplir. Kasihan melihat ibu penjual suplir itu. Tak peduli uang sakuku habis untuk membeli suplir yang akhirnya mati merana karena aku tak mau repot mengurus suplir-suplir itu.

        Aku bersyukur masih ada orang-orang tangguh yang mencari nafkah secara halal. Meski hasilnya kadang tak sebanding dengan besarnya tenaga yang mereka keluarkan. Mereka tetap profesional dalam menjalankan kewajibannya mencari nafkah.
             Aku bersyukur masih ada  pemulung, masih ada pengamen, masih ada tukang sapu jalanan, masih ada tukang parkir, masih ada buruh gendong bahkan masih ada anak-anak kecil mengedarkan tas kresek jumbo dipasar-pasar tradisional. Mereka kaum marginal, tetapi bertahan dengan caranya sendiri mencari seperak dua ribuperak untuk menyambung hidup.
              Dari sana kita harus belajar tunduk. untuk melihat beruntungnya kita. Kita tidak menjalani kehidupan keras seperti mereka. Kita lebih beruntung dari mereka (meski belum tentu semulia mereka). Karena tidak semua orang bisa mencari nafkah dengan cara yang halal. Tidak semua orang mengejar rejekinya dengan cara yang benar, tidak semua orang mewujudkan keingannya dengan cara yang jujur.
                Kita harus tunduk dan bersyukur:
1. Masih ada orang yang jujur dalam mencari nafkah
2. Masih ada yang mau mengerjakan pekerjaan kotor, yang kita sendiri mungkin tak mau mengerjakannya (tukang sampah, kuli bangunan)
3. Allah SWT memberi kehidupan yang lebih baik pada kita.
4. Kebahagian itu adanya dihati dan hanya diri sendiri yang bisa merasakannya. Bukn pada materi.
5. Dan saya sangat bersyukur dan berterimakasih sekali.. Allah masih mengijinkan saya menulis.

A l h a m d u l i l l a h


   Kotahujan, Januarihujan